Motif Ragam Hias Tenun Songket Silungkang

Kekayaan alam Minangkabau sangat mempengaruhi terciptanya ragam hias dengan pola-pola yang mengagumkan. Sekalipun ragam hiasnya tercipta dari alat yang sederhana dan proses kerja yang terbatas, namun tenunannya merupakan karya seni yang amat tinggi nilainya. Jadi, songket bukanlah hanya sekedar kain, melainkan telah menjadi suatu bentuk seni yang diangkat dari hasil cipta, rasa dan karsa penenunnya.
Motif-motif ragam hias biasanya diberi nama tumbuh-tumbuhan, binatang ataupun benda-benda yang ada di alam sekitar.
Beberapa nama ragam hias dari Nagari Silungkang antara lain adalah:
  • Bungo Malur
  • Pucuak Ranggo Patai
  • Kudo-Kudo
  • Pucuak Jawa
  • Pucuak Kelapa
  • Tigo belah
  • Kain Balapak Gadang
  • Bungo Kunyik
  • Kaluak Paku
  • Bungo Ambacang
  • Barantai
  • Sisiak dan lain-lain.
Sedangkan untuk hiasan tepi kain terdapat beberapa nama motif seperti
  • Bungo Tanjung
  • Lintahu Bapatah
  • Itiak Pulang Patang
  • Bareh Diatua
  • Ula Gerang dan lain-lain.
Melihat bentuk ragam hiasnya, kelihatan bahwa ragam hias songket dari Silungkang terkesan lebih sederhana bila dibandingkan dengan ragam hias dari Pandai Sikek. Ragam hias Pandai Sikek kelihatan lebih rumit-rumit dan bervariasi.
Selain bersifat menghias, ragam hias kain songket tersebut juga memiliki makna. Salah satu contohnya adalah bentuk ragam hias yang tekenal yaitu “pucuak rabuang”. Rebung dianggap sebagai tumbuhan yang sejak kecil sudah berguna bagi masyarakat. Sewaktu rebung masih kecil dapat digunakan untuk bahan sayuran. Ketika telah tumbuh besar dan menjadi bambu pun masih tetap berguna, yaitu sebagai bahan bangunan dan lain sebagainya. Orang yang memakai motif ini tentulah diharapkan akan berguna pula bagi masyarakatnya (seperti bambu yang sangat berguna bagi manusia).


Sumber : Aneka Ragam Khasanah Budaya Nusantara I

No comments:

Post a Comment