Teknik Menenun Songket Silungkang


Proses menenun dimulai dari mencelup warna, menerai, menganing, menggulung benang, menyapok, mengarat dan menyolek.
Pencelupan warna adalah proses pemberian warna benang sebelum ditenun.

Menerai adalah menghuraikan benang yang telah kering (sesudah proses pencelupan) dari tungkulan atau gulungan besar dengan menggunakan alat rahak yang diputarkan kepada peleting. Benang dibagi ke dalam peleting-peleting bambu, kayu ataupun besi (bobbin) untuk benang pakan dan benang lungsi dengan langkah persiapan menenun sebagai berikut:
  1. Langkah pertama adalah penganian, yaitu proses menyusun benang lungsi pada alat tenun. Pada saat penganian panjang benang lungsi biasanya direntangkan sekitar 5 sampai 10 kali panjang sarung atau selendang songket untuk sekali penggulungan benang pada panta, lebarnya sesuai dengan besar songket yang akan ditenun, misalnya untuk satu sarung songket lebar 115 cm, maka hasil semua rentangan benang yang dimasukan pada pasa satu kali rentangan akan memiliki lebar yang sama, yaitu 115 cm.
  2. Langkah kedua adalah menggulung benang, yaitu benang yang sudah dihani ujungnya diikat satu persatu dan secara bersamaan digulungkan pada tandaian (penggulung benang).
  3. Langkah ketiga, pemasangan benang ke dalam mata gun, benang satu persatu dimasukan ke dalam mata gun dan kisi-kisi atau suri dengan sebuah alat kemudian, benang digulungkan ke dalam paso.
  4. Langkah Keempat, setelah selesai perentangan benang pada panta, maka penenunan sudah boleh dimulai. Tenunan songket dasarnya berbentuk silang polos dengan rumus 1:1. Untuk memasukan benang pakan dipergunakan turak yang telah berisi benang pakan . Untuk membuat motif dibantu dengan lidi-lidi yang berfungsi sebagai pencongkel motif. Penyungkitan dilakukan sesuai dengan motif yang diinginkan. Disini pelepah gadang berfungsi untuk memilah benang lungsi sehingga dapat dimasukan benang pakan tambahan untuk membuat motif. Agar lebih mudah sebelum menyungkit terlebih dahulu disungkit dengan lidi-lidi pada bagian depan gun. 
Untuk membuat motif selanjutnya tidak perlu menyungkit lagi tetapi mengikuti sungkitan yang telah ditandai dengan lidi-lidi. Halus atau kasarnya tenunan tergantung pada banyak anyaman (tuak), makin sedikit jarak anyaman makin halus tehnik tenunan yang dihasilkan.
Dalam proses menenun benang dikelompokan menjadi benang lungsi, benang pakan dan benang emas sebagai hiasan.
Benang lungsi adalah benang yang disusun arah memanjang dari kain, yang dipasan dari kepala kei ke kaki kei yang digulungkan pada papan penggulung. Satu kali menenun bisanya menghasilkan 13 sampai 15 helai kain.
Benang pakan ialah benang yang merentas benang lungsi yang dimasukan dengan torak.
Proses menenun dimulai dari memasukan benang pakan dari kiri ke kanan dan dari kanan ke kiri merentas benang lungsi, kemudian diteruskan bolak-balik terus menurus.
Benang emas juga dimasukan melalui celang lungsi, fungsinya hanya untuk membuat motif songket dan celah-celah yang dilalui oleh benang ini telah diikat dengan butang yaitu apabila terjadi proses menyongket dengan lidi. Proses menyungkit atau membuat motif dilakukan ketika proses menenun berlangsung. Bentuk motif dibuat dengan menggunakan benang emas atau perak yang dimasukan ke dalam torak. Proses peluncuran torak disebut sebagai menyulam atau menekat benang emas. Setelah songketan lidi dibuat, maka benang songketan diikat dan lidi-lidi ini kemudian dikeluarkan atau ditarik dari celah-celah benang. Dengan demikian motif terjadi ketika proses menenun berlangsung.

No comments:

Post a Comment