Motif Tradisonal Songket Silungkang "Pucuak Rabuang"

Motif pucuk rebung adalah salah satu motif sakral bagi masyarakat Minangkabau. Pada tenunan songket motif pucuk rebung terdapat pada kepala kain sarung, bagian bawah sarung dan pada ujung selendang/ sandang. Motif pucuk rebung lambang kehidupan berguna. Rebung adalah anak atau bambu muda, rebung dijadikan bahan sayuran atau gulai. Gulai rebung merupakan salah satu makanan adat yang selalu dijumpai pada kenduri adat di Minangkabau. Bambu yang sudah besar (dewasa) dinamakan betung (batuang), dan betung memiliki sifat yang lentur sehingga mudah dibentuk, diantaranya untuk kraf tangan yang dirancang untuk berbagai kelengkapan rumah tangga. Bambu yang sudah
tua dinamakan ruyung, ruyung banyak dipakai untuk sesuatu yang kuat atau penyangga yang dapat memberi kekuatan pada benda lain, seperti tiang, lantai dan dinding rumah.
Kehidupan bambu dari kecil sampai tua menggambarkan kehidupan berguna dan tidak sia-sia, yang dilambangkan dengan motif pucuk rebung. Dalam pepatah dikatakan: Dek ketek banamo, lah gadang bagala, dek ketek banamo rabuang, lah gadang banamo batuang, lah tuo banamo ruyuang, hiduik katiko mudo baguno, hiduik kutiko tuo tapakai (semasa kecil bernama, setelah besar bergelar, ketika kecil bernama rebung, setelah dewasa bernama betung, setelah tua bernama ruyung, hidup ketika muda berguna, hidup ketika tua terpakai).
Mempergunakan bahan material bambu disesuaikan dengan keadaan: Nan panjang kapambuluah, nan pendek kaparian, nan rabuang kapanggulai (yang panjang untuk saluran air, yang pendek untuk tempat air, yang rebung untuk digulai).

Kehidupan bambu dari kecil merupakan lambang kehidupan manusia. Rebung dibungkus dengan kelopak yang bermiang, artinya anak itu harus dipelihara sedemikan rupa jangan disia-siakan. Bila ditarik pada garis kehidupan manusia, rebung disejajarkan dengan balita yang harus dijaga dan dilindungi sepenuhnya. Rebung beranjak dewasa batangnya lurus, namun masih dibungkus kelopak, disejajarkan dengan remaja menengah yang masih harus dilindungi, Pada usia remaja diibaratkan bembu tumbuh lurus ke atas yang melambangkan cita-cita yang tinggi dalam menuntut ilmu. Selanjutnya bambu yang tumbuh tinggi mulai ujungnya melengkung ke bawah dan tumbuh ranting-ranting satu persatu dan daunnya menjadi rimbun dan ujungnya semakin merunduk. Diibaratkan dengan manusia pada usia ini sudah mulai bertanggung jawab pada diri dan lingkungannya serta keluarga tetapi belum memiliki ruyung. Selanjutnya daun bambu mulai menguning dan ujung bambu yang paling ujung semakin merunduk ke bumi, artinya walaupun sudah banyak memiliki ilmu manusia akan kembali keasalnya dan ingat asal-usulnya. Bambu yang sangat tua mulai mengeluarkan bunga pertanda kematangan usia. Bunga merupakan lambang kematian yang meninggalkan nama baik (Manusia mati meninggalkan mana, harimau mati meninggalkan belang).

Sumber : Songket Minangkabau, Teknik dan Filosofi (Oleh: Agusti Efi Marthala)


No comments:

Post a Comment