Songket dan Perkembangannya

Perkembangan teknologi pertekstilan dibidang mesin produksi tenun, sampai sekarang belum menyentuh teknologi tenun songket di Minangkabau. Hal ini disatu sisi jelas menghambat perkembangan tehnik pengolahan tenunan songket, namun disisi lain tenunan yang dikerjakan secara manual merupakan industri padat karya yang menguntungkan pada masyarakat pengerajin.
Songket yang dikerjakan secara manual biayanya lebih tinggi dibandingkan dengan tekstil yang dikerjakan dengan mesin, hal ini menyebabkan orang beralih pada tekstil yang banyak dipasaran yang dikerjakan dengan mesin produksi karena harganya relatif murah.

Dari koleksi museum Santa Barbara Amerika, terdapat berbagai koleksi songket Minangkabau yang berasal dari Koto Gadang, Batipuah, Sungayang, Solok, Muaro Labuah, Saning Bakar, Silungkang, Pariangan, Lintau, Batu Sangkat, Padang Magek, Pandai Sikek, Pitalah, Balai Cancang, Taram, Gunung dan lainnya. Negari-negeri tersebut di atas banyak yang sudah tidak memproduksi tenunan lagi, bahkan generasi yang ada sekarang tidak tahu kalau dikampungnya dahulu pernah diproduksi songket ynag berkwalitas sangat baik karena dibuat dari benang yang berasal dari emas murni.
Bila kualitas tenunan songket tetap dipertahankan sebagai kain tenun yang bersifat eksklusif, orang akan tetap mencarai dan mencintainya sebagai kain tenun yang bermutu tinggi, namun sebaliknya bila tenunan songket kian hari kian bertambah rendah kwalitasnya, baik dari segi bahan material yang digunakan maupun cara mengerjakannya, jelas songket semakin hari semakin ditinggalkan konsumen bahkan berkemungkinan akan ditinggalkan konsumen.

Sumber : AngZune Cleo

No comments:

Post a Comment